Tentang Puisi di Social Networking

Sejak Media-Media Sosial sejenis Facebook mendapat perhatiannya sendiri. Serentak kemudian pemirsanya mendapatinya sebagai media ekspresi, melepas pikiran sehabis pulang dari sana. Orang-orang banyak mengenalnya dengan istilah Jurnalisme Diri Sendiri. Menceritakan tentang pengalaman individu sebagai bagian dari dasar sains.
Sadar atau tanpa sadar, orang-orang mulai melibatkan dirinya sendiri pada kata dan memadukannya untuk mewakili aspirasi mereka. Kata-kata itu mesti disusun ataupun disebut direkayasa untuk menghasilkan teks-teks tertentu. Aktifitas produksi kata itu kemudian banyak dikenal sebagai puisi ataupun sajak.
Lantas jika kita, kemudian kembali mempertanyakan fingsi dari kata itu sendiri atau bisa kita sebut puisi. Masih terjadi di dalam masyarakat kita beberapa kebiasaan yang seharusnya memang dibiasakan terus dari generasi ke generasi. Pada peristiwa pelamaran dalam upacara nikah di kampung-kampung, anda seharusnya mendapati sebuah etika dan warisan luar biasa dari para nenek-kakek.Membahasakan sesuatu jika dalam pernikahan, mari kita sebut cinta melalui pantun atau sajak-sajak jaman dulu agar semuanya dipenuhi dengan etika. Salah satu kegunaan dalam berkata.
Sekarang ini banyaklah ajang untuk sekedar menjalin silaturahim lewat keindahan kata. Salah satunya saya dapati di konsep sosial networking sejenis Facebook. Ada group puisi yang saya pun bergabung dengannya namanya Group Puisi Syamsuddin Simmau. Simak saja beberapa kata yang terangkai di grup ini. Saya pernah bertanya kepada pembuat grup puisi ini tentang latar belakangnya. Setiap orang pasti mempunyai pengalaman dan setiapnya mereka memiliki potensi untuk mengespresikan dirinya melalui kata. Puisi selalu dilatar belakangi dengan beberapa kejadian dalam kehidupan si pembuatnya.. Ide semacam ini mengalir saja sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Kalau lagi gelisah maunya terbayang terus kata-kata di benak. Di atas motor, sepanjang perjalanan. Kata memang tiada habisnya untuk selalu menggambarkan suasana.