Tentang Komunitas Patah Pensil

"Jangan mi bergaul sama mereka, sanging orang2 patah pensil semua"

entah kapan ungkapan Patah Pensil dikenal khususnya di daerah sulawesi. Ungkapan ini sebagai gambaran untuk orang-orang yang putus sekolah, orang yang tak berpikir panjang, pambambangan na tolo' (Makassar version). Kata ini sangat akrab dan cenderung untuk dihindari oleh semua orang, sepertinya telah menjadi mitos menyamai mitos-mitos lain dalam hidup bermasyarakat. 
Kemudian banyak juga ungkapan-atau istilah-istilah berlawanan dengan Patah Pensil, yang selalu menggambarkan tentang keanggunan, atau kecerdasan dll. Semua ungkapan-ungkapan yang bijak itu kemudian digunakan oleh banyak kalangan sepertinya secara dan penuh dengan intrik laksanan politik.
Di masa demokrasi dalam penjajakan mencapai kedewasaan, orang cenderung membutuhkan lembaga atau semacam kumpulan untuk membedakan mereka dengan yang lain. Ideologi atau gaya saling beradu dalam medan yang penuh dengan intrik.
Dengan memperhatikan hal-hal demikian, kami kemudian membuat presisi dalam pikiran kami. Coba saja anda berkeliling wilayah anda, anda akan dipenuhi secara paksa dengan berbagai ungkapan-ungkapan bersifat slogan menarik dan kata yang cenderung baik-baik saja. Lalu coba membandingkan dengan berbagai peristiwa yang ditimbulkan oleh kata tersebut. Tak adalah peristiwa berarti dalam perubahan ideologis bangsa ini.
Kenapa mesti simbolik yang sangat filosofis menjadi sangat biasa, laksana tag iklan-iklan yang dipenuhi dan akan memenuhi ilusi kami. Logika terbalik sekiranya diperlukan untuk mengartikan hidup in. Karena suatu waktu kita akan bertemu dalam suatu identitas tanpa mengikat secar struktrulal dan penuh dengan berbagai kejutan.
Komunitas Patah Pensil" nama yang sekiranya menjadi kebalikan dari sekedar nama saja. Tak semuanya yang terlihat akan menjadi baik. Kita memerlukan kebenaran yang tiada terikat dengan nama dan penamaan yang ada. Mari kita memandang luas dan menggali segla tersirat dari berbagai itu.
Mengapa tiada mengatakan bahwa suatu perjalanan Literasi, tiadalah dimulai dari sekedar sekolah yang dikenal oleh banyak orang saja. Mari kita mengembalikan makna dalam dari kata seklah, yang intinya  tiada terikat pada tempat, ia hanya terikat pada ruang Narasi, Diskusi.

No comments:

Post a Comment

Thanks and thanks for all