Sampai Di Kendari

Pada hampir saja melarut malam, saya dan seorang teman (Darmawan) Duduk saja di pinggir jalan depan kost kami. Maklum di dalam lorong menuju Kost cuaca sangat gerah dan malam itu kami agak bosan mengurung diri di kamar. Tiba-tiba saja kami memulai pembicaraan dengan melayang-layang ke daerah luar propinsi ini, Bagaimana kalau ke Kendari saja Mawang.. saya punya uang sedikit ini untuk beli tiket pesawat. Oh iya mantap itu, disana kau bisa mengerjakan banyak hal. Berkunjung ke Empang milik saudara saya dll.
Keputusan yang tiba-tiba itu, kemudian saya menghubungi teman yang berada disana. Banrego namanya. Banrego besok saya mau ke Kendari, gimana...silahkan-silahkan pak anda diterima disini. Saya menunggu di Bandara Haluuleo yach kata Banrego. Mau dijemput motor atau mobil..Sembarang saja Banrego, kataku lewat telepon genggam melintasi laut sulawesi.
Saya bersama Iwan Zainul pergi membeli tiket di Travel jalan AP Pettarani. Sampai di Kendari uang saya tersisa 50 ribu rupiah saja. Gimana caranya bisa bertahan.. nah itu yang menarik dan menantang bagi saya. Oh iya ini adalah kali pertama saya keluar wilayah Sulawesi Selatan dan naik pesawat uhhh mendebarkan banget naik pesawat. Benar juga Banrego rupanya sudah sedarinya menunggu saya di depan pitau penunggu penumpang Bandara. Kami singgah melihat-lihat Kota Kendari yang sama saja panasnya dengan Makassar. Saya sendiri mendengar dari teman-teman, Wilayah Sultra kaya akan potensi tambang. Pantas saja tanahnya nampak dengan warna coklat tua... sedikit beda pada tanah di sulsel.
Kota Kendari jaraknya
dengan Kabupaten Konawe kurang lebih menyita waktu 1 Jam. Jalannya bergunung kelok-kelok tapi tak seperti Malino di Makassar. Disana biar begitu masih tetap sangat panas. Sepanjang jalan menuju Konawe banyak penjual jagung nama kampungnya saya ingat betul'Pondidaha. Nama-nama kampung didaerah ini cukup unik juga ada konawe, Unaha, Amonggedo, Lalosabila, dll. Suku asli daerah ini disebut Tolaki. Rajanya yang terkenal bernama Lakidende yang kemudian menjadi Nama universitas Swasta di Konawe.
Konawe adalah daratan yang cukup luas, tak ada tanjakan yang signifikan hingga sampai memasuki luar kota menuju Kolaka. Menurut Banrego' dulu ibukota kabupaten di Wawotobi, makanya banyak orang keturunan Tionghoa yang berkediaman disana, dan banyak toko-toko khas ibukota disana. Sekarang Ibu kota ada di Unaha. Rumah Banrego sendiri berada di jalan poros menuju Kolaka, batas kota Unaha di depan perpustakaan daerah Kabupaten Konawe.
Keluarga teman ini adalah keluarga pendatang dari Sulawesi Selatan. Memang banyak orang-orang pendatang yang telah mendiami wilayah sepanjang jalan itu dari kota Kendari. Suku Bugis dikenal sebaga pedagang yang terkenal.
Hari-hari pertama di Kota Konawe praktis hanya melakukan perkenalan dahulu dengan orang-orang setempat. Saya sering di ajak berjalan kala sore di Lapangan Nirannuang melihat siswa-siswa sekolah Amali latihan disana. Banrego belakangan ini hingga saya tulis ini.. telah 2 tahun mendirikan Sekolah Sepakbola yang dinamakan SSB Amali. Ini sesuai dengan nama kampung asal daerah keluargany di Bone.
Saya mesti melakukan sesuatu' pikirku hampir tiap malam...Next

No comments:

Post a Comment

Thanks and thanks for all