Sahur dan ternyata keracunan ikan kering ... wahhhh

Ada 6 orang yang selalu berbuka dan sahur di laboratorium seni UMI...Sudah minggu ke dua puasa kami selalu melakukan pengaktifan dapur. Semuanya para pria, yang memasak, kalau sudah tau begitu masakannya pasti garang sekali. Bumbunya selalu dipediskan agar Memuat nasi yang memang harus diperbanyak untuk bekal tenaga. Memang seru seperti bertualang terus. Jika gas kompor habis, kira tak kehabisan akal, memanfaatkan suasana belakang kampus yang masih banyak ditumbuhi pepehonan, kami mengambil ranting-ranting kayu kering untuk membuat api. Tercatat ada pembagian tugas masak sesuai dengan keahlian masing-masing. ILO dan Kandar sebagai koki atau akrab sapa safe, Aden, ippi dan saya sebagai tim pemotong-pemotong tangkai sayur yang akan diolah. Wandi dan Cahyadi berfungsi sebagai bagian logistik yang selalu stand by untuk keluar membeli kebutuhan. Pada saat sahur semalam kami begitu seru ketika semua sepertinya keracunan ikan kering yang dibeli di pasar. Serentak saja semua panik dan mengalami pusing dikepala. Sedang waktu imsak sudah menandakan injury time seperti dalam permainan sepakbola. Aden menelphon ibu di rumah di labuang bajo untuk menayakan penawarnya, jawabannya yang pertama adalah teh di perbanyak gulanya. Cepatko mumpung belum waktunya. Gula juga ternyata sudah hampir habis. Tehnya pun diminum, sudah ada perubahan sedikit sihh, tapi semuanya masih pusing juga. Lalu Aden menceritakan kejadian keracunan di kampungnya yang memakan korban, serentak semuanya bertambah panik. Menurut ibunya Aden, penawarnya adalah air kelapa, memang kami juga tahu seperti itu, tapi waktu sudah sangat terbatas untuk mencari kelapa, pasar juga pasti sudah tutup semua. Wahhh salah seorang memberi usul, untuk segera memanjat saja pohon kelapa hibrida di kampus. ayomii cepatko maumi imsak, 3 orang berjalan kaki dan meminjam parang tetangga sebelah, saya dan Aden naik motor. Memang benar, untung saja kelapa lagi berbuah, kami memerlukan airnya untuk penawar. Aden pun memanjat kelapa dan hanya mendapatkan satu saja, Segera saja saya berlari menyelamatkan kelapa kecil yang airnya tumpah karena dijatuhkan. jangan sampai airnya habis. Memang tegang, airnya pun dibagi-bagi. Tapi kami masih khawatri, kami masih membutuhkan air kelapa...Untuk di kampus ada yang menanam kelapa, bagaimanami seandainya saja tak ada, tentu kami tidak berpuasa hari itu, sedang semua sudah bertekad untuk menyeleseika puasa sebulan penuh. Seru juga mengingat pengalaman tadi... Selamat berpuasa bagi teman-teman kampung belakang.