Lalulah hujan di kota Anging Mammiri" Juni di penghujung bulan di tahun 2013...Sedang belumlah sempat para pengendara menyiapkan perangkat penangkal hujan, disebabkan musim yang sulitlah diprediksi di masa ini.
Diskusi serupa pelatihan untuk para jurnalisme disini berlakulah dan diadakan di Hotel Denpasar, Makassar. Pemrakarsa adalah dinas lingkungan hidup, tentulah menjadi NARASI di tengah NARA-Nara yang hadir di ruangan tersebut. Para Jurnalisme tanpa terkecuali sebenarnya jurnalisme untuk diri sendiri. Kegiatan jurnalisme sangat erat dengan kegiatan
Saya kira kalau anda berbicara tentang lingkungan, anda akan berbicara tentang suatu etika yang didasari oleh kesadaran mendalam. Para petani akan sangat mempengaruhi laju ekonomi jika tak sanggup lagi memprediksi cuaca. Rumah-Rumah sakit akan seenaknya membuang limbah kimia dan jarumnya keselokan-selokan massa jika jalur hukum tak kuat mengawal aturan. Aturan itu disebut dan dikenal dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Jelaslah para pembicara menyoroti setiap keterkaitan di lapisan sosial tersebut.
Tak mungkin juga anda berharap kembali ke zaman sebelum Mesin-mesin datang. Fisik manusia sekarang tak mampu lagi berjalan sejauh mata memandang. Hingga aktifitas para penambang hanya mampu ditambal saja dengan pikiran dan tingkah laku yang penuh dengan etika. Saya mengira bahwa kesadaran ada pada intinya, lalu janganlah melupakan cerita-cerita indah tentang hijau dan biru di Nusantara ini. Pulau-pulau dalam dunia begitu terancam dengan ambisi. Kuasailah Narasi kata seseorang pada suatu waktu lain dalam hidup ini. Menulis begitu penting untuk mendapatkan analisis untuk berbuat ke depan.
